Merangin 25 Mei 2025 – Sebuah video memperlihatkan guru-guru SD di Merangin, Jambi, mempertaruhkan nyawa menyeberangi jembatan rusak berlubang demi bisa mengajar di SDN 117 Simpang Limbur. Tapi alih-alih mendapat dukungan, mereka justru tampil minta maaf kepada Bupati Merangin dan Gubernur Jambi.
Ya, Anda tidak salah baca. Guru-guru yang bertaruh nyawa agar anak-anak bisa belajar, justru minta maaf karena video mereka viral.
Video itu awalnya dibagikan oleh akun X (Twitter) @zanatul_91 alias Iman Zanatul Haeri. Dalam unggahannya, terlihat guru-guru perempuan melangkah hati-hati di atas besi-besi jembatan yang bolong, dengan sungai berarus deras di bawahnya. Mereka bahkan membawa berkas ujian di dalam tas mereka.
Alih-alih mendapat apresiasi, beberapa hari kemudian empat guru itu berdiri melingkar dalam video baru—bukan untuk diberi penghargaan, tapi untuk meminta maaf.
“Kami di sini selaku guru SDN 117 Simpang Limbur Merangin sekali lagi meminta maaf kepada pihak desa, Bapak Bupati, dan Bapak Gubernur,” ucap seorang guru bernama Risma. Ia juga menegaskan bahwa video itu hanya dokumentasi pribadi dan bukan untuk menyudutkan siapa pun. Mereka menyebut jembatan tersebut sedang “dalam proses perbaikan.”
Sayangnya, klarifikasi itu justru memicu gelombang kemarahan publik di media sosial.
Netizen ramai-ramai protes: siapa sebenarnya yang seharusnya minta maaf? Guru-guru yang berjuang di tengah keterbatasan, atau pejabat yang gagal menyediakan infrastruktur layak?
“Guru-guru SD di Jambi viral karena menyeberang jembatan bolong yang berbahaya. Pemerintah lah yang harusnya minta maaf karena menghambat guru mengajar dan gagal menyediakan fasilitas umum yang layak!” tegas @zanatul_91.
“Siapa yang nyuruh minta maaf? Beliau-beliau nggak salah. Jangan mau minta maaf, Bu. Netizen justru dukung kalian,” komentar akun @BuAgus17.
“Maafkan hamba yang hina ini karena telah membongkar bobroknya sarana prasarana umum. Yang seharusnya jadi kewajiban instansi terkait,” sindir @sinyo_ready.
“Pemerintah kalau dikritik bukannya berbenah, malah gaslighting. Guru-guru ini cuma menunjukkan realita, malah disuruh minta maaf,” tulis @alanseptyawan.
Komentar protes telah mencapai lebih dari 220 balasan, dan unggahan aslinya sudah diposting ulang lebih dari 2.000 kali hingga Sabtu (24/5) pagi.
Sementara itu, Bupati Merangin, M. Syukur, menanggapi permintaan maaf guru sebagai “hal yang wajar.” Katanya, mungkin para guru merasa “tidak enak” karena realita di lapangan berbeda dengan pemberitaan.
Sayangnya, masyarakat melihatnya berbeda: yang bertaruh nyawa minta maaf, yang abai malah tak merasa bersalah.