Kontestasi Pemilihan Ketua BEM Fakultas Hukum Universitas Jambi (FH UNJA) tiba-tiba memanas, bukan karena gagasan atau visi-misi, tapi karena cuplikan video seorang politisi ikut “nimbrung”. Ya, Ansori—anggota DPRD Provinsi Jambi dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN)—tiba-tiba muncul dalam sorotan, memberi sinyal dukungan ke salah satu kandidat. Netralitas kampus? Mungkin sedang cuti.
Tak ayal, video itu menjadi bahan bakar polemik. Mega, yang mengaku sebagai aktivis UNJA, justru menyambut hangat kehadiran politisi itu. “Tidak banyak kita menemukan anggota dewan yang peduli pada mahasiswa,” katanya, seakan lupa bahwa perhatian berlebihan dari politisi bisa berarti satu hal: intervensi.
Namun tak semua mahasiswa sependapat. Armando, mahasiswa FH UNJA, menyebut peristiwa ini sebagai preseden buruk bagi demokrasi kampus. “Kalau benar ada intervensi, ini bukan kepedulian, ini perusakan independensi. Demokrasi kita sedang ditarik masuk ke karpet merah kepentingan elite,” sindirnya.
Sementara itu, Bily Anggara Jufri, calon Ketua BEM FH UNJA nomor urut 1, menanggapi dengan penuh keyakinan. “Insyaallah kita akan menang. Terima kasih untuk semua kawan seperjuangan yang masih menjaga marwah suara mahasiswa. Kita kawal sampai menang,” tegasnya.
Pertanyaannya kini bukan hanya siapa yang menang, tapi siapa yang benar-benar mewakili suara mahasiswa: Bily, atau bayangan partai di balik kampanye?