Jambi, 22 Juli 2025 – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jambi kembali menggulirkan Forum Ekonomi dan Bisnis (FEB) sebagai ruang strategis untuk menjawab tantangan ekonomi daerah. Mengusung tema “Optimalisasi Minerba dan Migas Jambi: Tantangan Hilirisasi, Peluang Hub Energi, dan Daya Saing Ekspor”, forum ini hadir sebagai respons atas perlambatan sektor tambang yang hanya tumbuh 3,84% pada triwulan I 2025—melambat tajam dari lonjakan pertumbuhan impresif di penghujung 2024.
Kepala Perwakilan BI Jambi, Warsono, membuka diskusi dengan menegaskan pentingnya hilirisasi mineral dan batubara (minerba), serta optimalisasi lifting migas sebagai poros penguatan struktur ekonomi regional. Menurutnya, inilah momen krusial bagi Jambi untuk keluar dari perangkap ekonomi berbasis eksploitasi mentah menuju ekonomi nilai tambah yang berdaulat.
Diskusi panel menghadirkan dua narasumber kunci: Muhammad Ansari dari Direktorat Jenderal Minerba, Kementerian ESDM, dan Safe’i dari SKK Migas Sumbagsel. Keduanya menekankan bahwa hilirisasi bukan sekadar jargon kebijakan, tetapi sebuah lompatan strategis untuk membalikkan logika ketergantungan menjadi penguasaan rantai nilai.
“Hilirisasi bukan hanya jalan industrialisasi, tetapi transisi struktural menuju ekonomi yang berdiri di atas kekuatan lokal,” tegas Ansari. Ia menyoroti potensi cadangan minerba Jambi yang besar, namun menghadapi tantangan klasik: keterbatasan teknologi, rendahnya keterlibatan BUMD, serta minimnya kolaborasi dengan perguruan tinggi daerah.
Sementara itu, Safe’i mengangkat peran signifikan Jambi dalam peta migas nasional, dengan kontribusi 10% terhadap produksi nasional. Ia menegaskan pentingnya keseriusan daerah dalam mengelola Participating Interest (PI) 10%, bukan hanya sebagai pembagian keuntungan, tetapi pintu masuk bagi transformasi tata kelola migas yang transparan dan berpihak pada rakyat.
Moderator diskusi, Prof. Shofia Amin dari Universitas Jambi, menilai forum ini sebagai ruang dialog penting untuk merumuskan hilirisasi sebagai strategi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. “Hilirisasi bukan urusan teknokrat semata. Ia adalah jalan menuju kedaulatan ekonomi berbasis sumber daya lokal dan keadilan antarwilayah,” ujar Shofia dengan tajam.
Menutup rangkaian forum, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Jambi, Johansyah, menyampaikan bahwa Pemprov tengah mempercepat pembangunan jalan khusus batubara dan mendorong percepatan hilirisasi energi. Tak hanya fokus pada peningkatan produksi dari enam blok migas aktif, Johansyah juga menegaskan arah baru strategi ekspor: produk dengan daya saing tinggi, berbasis nilai tambah.
Tim Analisis Perkumpulan Elang Nusantara mencatat bahwa dengan cadangan minerba dan migas yang melimpah, dan jika diarahkan lewat kebijakan yang terintegrasi dan tata kelola yang bersih, Jambi berpeluang bukan sekadar keluar dari krisis sektor tambang—tetapi menjelma menjadi pusat energi regional Sumatera. Sebuah visi yang menuntut keseriusan semua pemangku kepentingan: dari pemerintah, swasta, hingga masyarakat sipil.