Wawancara Eksklusif Bersama Mantan Pekerja Pinjol Ilegal
Reporter: Kami menyamarkan identitas narasumber demi keselamatannya. Kami menyebutnya “B”. Ia pernah bekerja di salah satu jaringan pinjaman online (pinjol) ilegal yang dikendalikan oleh seorang wanita bernama Dewi Puspa. Kantor ini tidak pernah menetap—nomaden seperti hantu. Jejaknya menelusup dari Manado hingga kini beroperasi diam-diam di Jambi.
⸻
Reporter: Kamu dulu kerja di sana? Sejak kapan mereka buka di Jambi?
B: Iya, mereka mulai pindah ke Jambi sekitar tahun 2023. Sebelumnya sempat operasi di Manado, tapi akhirnya digrebek polisi. Video penggerebekan itu bahkan sempat viral. Tapi, ya begitu… bukannya bubar, mereka malah pindah markas ke Jambi, rebranding gaya lama.
Reporter: Ada banyak yang ikut pindah juga?
B: Ada, 3 atau 4 orang dari Manado dibawa ke Jambi buat jadi supervisor. Dan sampai sekarang mereka semua masih kerja—tapi sistemnya work from home. Laptop dibagi satu-satu, kerja dari rumah masing-masing. Kantor? Nggak usah dibayangin meja dan kubikel, yang penting ada sinyal dan target.
Reporter: Sistem kantor dan pimpinannya gimana?
B: HRD-nya namanya Muhammad Azman, itu yang ngurusin operasional sumber daya manusianya. Kalau untuk urusan duit, tempat, dan tanggung jawab besar, itu semua atas nama Dewi Puspa. Kantor mereka pindah-pindah terus—dulu di Mayang, lalu pindah ke Talang Banjar, pindah lagi kayak dikejar karma.
Reporter: Operasi mereka besar ya?
B: Gila-gilaan. Penghasilan bisa sampai miliaran rupiah per bulan. Gaji karyawan juga tinggi, makanya banyak yang ngebet kerja di sana, walau tahu risikonya. Tapi ya begitulah, negara konoha ini, hukum bisa dibeli. Polisi? Tinggal disogok, damai jalan terus.
Reporter: Sistem penagihannya seperti apa?
B: Sadis. Mereka pakai ancaman. Kalau ada nasabah telat bayar, langsung diteror. Ancaman sebar foto-foto pribadi, bahkan yang bugil, ke semua nomor kontak korban di HP. Nama baik jadi senjata buat peras orang. Semua kerja pakai target, kalau nggak capai target: out. Diganti kayak baterai bekas.
Reporter: Mereka rekrut karyawan dari mana?
B: Biasanya dari sesama karyawan juga, saling tarik. Kadang juga lewat info loker, tapi dimanipulasi. Namanya diubah jadi “Finance”, kayak asuransi. Biar nggak ketahuan kalau itu pinjol ilegal. Bahasa iklan manis, tapi isinya racun.
Reporter: Terakhir, menurut kamu kenapa bisnis kayak gini bisa terus hidup?
B: Karena mereka punya duit dan negara kita masih suka tutup mata. Penegakan hukum setengah hati, sementara korban makin hari makin banyak. Dan selama Dewi Puspa dan kroninya belum dibekuk, siklus ini akan terus berjalan. Ibarat parasit, makin ditekan makin menyebar.
Catatan Redaksi:
Wawancara ini membuka secuil wajah kelam industri pinjol ilegal yang terus beroperasi dengan brutal di balik layar. Ketika hukum bisa dinegosiasi dan kemanusiaan diinjak demi target, kita semua seharusnya bertanya: siapa sebenarnya yang memelihara para pemangsa ini?